Fungsi Tari : Tontonan/hiburan rakyat dan Bagian dari prosesi adat sebelum Sunat Rasul
Jumlah Penari : Kelompok
Genap (6 Orang)
Lokasi
Desa Tanah Merah, Kecamatan Bukit Merah, Kabupaten Aceh Singkil
Tahun
Diperkirakan pada abad ke-17
Pencipta
Anonim
Unsur Penyajian Tari
Penari : Ditarikan oleh penari Laki-laki.
Musik : Internal Suara gelang kaki yang digunakan pengantin sunat
Kostum : –
Properti : –
Pentas : Arena
Halaman atau ruang tententu yang disediakan pada saat sebelum Sunat Rasul
Ket : –
Deskripsi Singkat Tari
Tidak dapat ditentukan kapan tarian ini mulai ada dan berkembang di Singkil. Hampir semua budayawan menyebutkan bahwa Lambai-lambai sudah ada sejak zaman dahulu. Mereka menyebutkan bahwa tradisi itu sudah ada sebelum mereka lahir. Bila dikaji dari ritualnya, yaitu sebagai bagian dari upacara daur hidup Sunnat Rasul/Khitanan, sepertinya budaya ini sudah ada sebelum masuknya budaya Islam ke Singkil. Pengantin Sunnat menari sebagai simbol melepaskan masa kanak-kanaknya dan memasuki masa remaja (akhil Baligh). Budaya ini dekat sekali dengan budaya Hindu yang berasal dari India. Menari dengan diiringi musik tradisional dengan syair-syair Singkil yang berisi nasehat. Tampaknya dalam penyebaran islam tarian yang berasal dari hindu ini dijadikan media penyebaran agama Islam.
Dengan demikian, dapat ditentukan bahwa tari Lambai-lambai sudah ada sebelum Abad ke-17, sisa peninggalan pengaruh Hindu lalu disempurnakan menjadi seperti yang kita ksikan sekarang ini setelah Islam datang. Hal ini tampak jelas terlihat dari gelang kaki yang dipakai oleh pengantin perempuan tersebut. Ia dihapit oleh 6 orang penari lainnya yang mendampinginya menari hingga subuh menjelang.
Tari Lambai-Lambai merupakan tarian yang dilakonkan dalam upacara Khitanan yaitu pada malam sebelum seorang anak dikhitan. Tarian ini ditarikan oleh seorang pengantin sunnat bersama 6 orang penari lainnya yang mengiringinya. Si pengantin sunnat biasanya mengikuti ritual pemakaian inai di tangan dan kakinya setelah Isya. Menjelang tengah malam ketika inai tadi mulai mengering maka pengantin itu akan diajak menari oleh teman-teman laki-lakinya. Gerakan tarian ini sangat sederhana dimana ia menghentak-hentakkan tangan dan kakinya agar inai yang kering terlepas satu persatu.
Tari Lambai-Lambai merupakan tarian yang menyimbolkan bahwa sesaat lagi ia akan melepaskan masa kanak-kanaknya, menjadi remaja yang telah akil Baligh dan memegang tanggung jawab baru atas dirinya terseniaceh dalam bidang peribadatan. Tari ini menjadi syarat penting dalam adat yang harus dijalankan. Tarian Lambai-Lambai diiringi musik dari alat musik tradisional seperti gendang, rapa’i, dan canang. Ditambah lagi bunyi gemerincing gelang kaki yang dipakai oleh si mempelai Sunnat. Tarian ini akan terus ditarikan hingga tangan dan kaki si mempelai tampak kemerah-merahan dan sampai shubuh menjelang di mana ayam jantan mulai berkokok. Ia menari di seluruh ruangan di rumahnya seraya menyapa semua orang yang masih terjaga di rumah.
Tarian ini mutlak harus dilaksanakan, bila si pengantin tidak biasa menari maka ia wajib berlatih menjelang ritual ini diselenggarakan. Malam itu harus menjadi malam yang penuh nasehat bijak dan suka cita agar pengantin siap untuk disunnat keesokan harinya.