Fungsi Tari : Tontonan / hiburan rakyat dan Prosesi Adat
Jumlah Penari : Kelompok
Genap (10-12 Orang)
Lokasi
Sakup, Kecamatan Gunung Meriah, Kabupaten Aceh Singkil
Tahun
Diperkirakan telah ada pada masa kerajaan Singkil
Pencipta
Sutan Berdaulat
alias
Teuku Gemerinting
Unsur Penyajian Tari
Penari : Ditarikan oleh penari Laki-laki
Musik : Iringan musik dimainkan oleh laki-laki. seorang pengkhulu khonde (penyanyi) dan pemain musik.
Kostum : Pakaian tari terdiri dari : baju panjang tangan warna putih, celana panjang warna hitam atau putih, kain sarung setengah tiang yang disebut Lunggi, dan atribut atribut lainnya seperti tali pinggang, tutup kepala yang disebut Sebelit Pider dari kain persegi empat yang dilipat dan diikat keliling kepala, sedang salah satu tepinya dinaikkan mencuat keatas.
Properti : –
Pentas : Arena
Halaman atau ruang terbuka pada tempat mempelai pria ketika membuka malam hinei ke-2 atau Sunat Rasul
Ket : –
Deskripsi Singkat Tari
Dikisahkan bahwa tarian ini diciptakan oleh seoang bernama Sutan Berdaulat yang berasal dari Singkil yang kemudian merantau ke Minangkabau hingga ke Pagaruyung Sumatera Barat. Dalam perjalanannya ke Pagaruyung, ia melewati hutan dan pada siang hari ia pun beristirahat di bawah pohon kayu besar sambil menyandarkan tubuhnya ke pohon tersebut. tiba-tiba ia melihat empat ekor elang terbang berputar-putar persis di kepalanya. Sutan Berdaulat pun memperhatikan elang tersebut sambil mengangguk-anggukan kepalanya.
Tiba di Pagaruyung, Sutan Berdaulat menertap di sana selama beberapa tahun hingga akhinrnya ia memutuskan untuk kembali pulang ke Singkil. Dalam perjalanan pulang, ia kembali beristirhat di hutan dan merasa haus. Saat menemukan air di sungai yang airnya sangat tenang, Sutan berdaulat berpikir “mengapa air ini tenang sekali?”. Ia kemudian mencelupkan jarinya ke dalam air tersebut dan dan mendapatin jarinya tidak bisa dicabut kembali karena lengket dengan air. Setelah beberapa kali usaha, Sutan Berdaulat berhasil mencabut jarinya dan air yang tampak membati menempati ujung jarinya sehingga setiap kali jari-jari tersebut beradu akan mengeluarkan suara gemerinting. Ini lah yang kemudain nama Sutan Berdaulat dikenal sebagai Teuku Gemerinting.
Teuku Gemerinting kemudian menciptakan tari-tarian yang terinspirasi dari perjalannya merantau melewati hutan: Tari Dampeng yang ditirunya dari gerakan elang yang berputar-putar dan beberapa tari lain seperti Tari Alas, Tari Bakhat, Tari Pikhing dan Tari Muakha Bentan. Selanjutnya, nama dan tarian yang diciptakan Teuku Gemerinting akhirnya didengar Raja sehingga Raja pun mengundangnya ke istana. Raja kemudian menobatkan tari yang diciptakan Teuku Gemerinting sebagai tari adat.
Dalam perkembangannya, Teuku Gemerinting memadukan tari yang diciptakannya dengan iringan/alunan musik berupa gendang dua wawah digabung dengan gendang rabbana, canang kayu, canang doal dan gung. Sumber sejarah ini didapatkan dari Bahauddin. Sedangan Bahauddin mendapat sejarah ini dari guru-gurunya pada tahun 1964, diantaranya Alm. Taktuan. Alm. Kandar, Alm. H. Hoyan dan Alm. Panglima Dogor. Tarian ini merupakan salah satu tarian persembahan pada masyarakat Suku Singkil. Tari ini biasa dipertunjukkan pada acara pernikahan sebagai rangkaian prosesi dalam mengantar (mengarak) mempelai pria. Jumlah penari haruslah genap karena beberapa gerak tari dilakukan secara berpasangan. Tarian ini pun menjadi simbolisasi gerakan melindungi raja (dalam hal ini mempelai pria atau marapulai dalam acara pernikahan).
Dalam gerakan tarian ini, khususnya pada upacara pernikahan, kita dapat melihat 2 hingga 4 orang penari melingkari mempelai pria dan menari berputar-putar lingkaran dalam dengan menggunakan langkah yang serupa dengan langkah silat. Kemudian, 4 orang penari lain menari melingkar di lingkaran luar. Kemudian, dalam rentak tertentu, seluruh penari di lingkaran dalam melakukan gerakan tari berpasangan dengan penari di lingkaran luar.
Tari Dampeng biasanya ditarikan oleh 10 hingga 12 orang dan minimal 8 orang dengan seorang pengkhulu khonde (penyanyi) dan pemain musik. Seluruh penari, penyanyi dan pemain musik harus laki-laki, tidak boleh wanita. Gerakannya mirip gerakan silat dengan pertama kali memberikan salam penghormatan kepada tamu. Kemudian penari melirik dan berpitar menghadap ke luar dan mengehentakkan kaki diikuti langkah sesuai alunan lirik yang dinyanyikan. Lama tarian biasanya sampai menghabiskan 2 atau 3 lirik syair tergantung kondisi dan keadaan.
Dalam masyarakat Suku Singkil, Tari Dampeng merupakan tarian yang tidak pernah terpisahkan dengan setiap upacara adat seperti adat perkawinan, Sunat Rasul serta menyambut tamu kehormatan. Dalam upacara adat perkawinan atau Sunat rasul, Tari Dampeng biasanya dimainkan pada dini hari tepatnya
sebelum Shalat subuh. Tarian ini dimainkan untuk menghibur pengatin yang baru bangun selain untuk menghibur para ahli famili yang sedang sibuk memasak untuk acara adat pada siang harinya. Selanjutnya, Tari Dampeng juga dimainkan pada siang hari saat menyambut rombongan pengantin pria di rumah pengantin wanita (pengakhak). Setibanya rombongan pria di depan rumah pengantin wanita, para penari bersama-sama menari sambil mengitari mempelai pria. Tujuan dilingkarinya pengantin pria adalah untuk menjaga keamanan supaya tidak diganggu oleh orang yang tidak senang hati kepada sang mempelai pria. Seorang pengkhulu khonde (penyanyi) akan menyanyikan syair atau pantun-pantun nasihat. Berikut petikan syair dan pantunnya :
Lae Singkil mesimpang dua
Simpang cenindang bak simpang sungkhaya
Obe kaum beak ku khata kekhina
Kita enget enget mo pekhitah tuhanta
Simpang cenindang bak simpang sungkhaya
Ri tengah-tengah kampong Pemuka
Kita enget-enget pengkhintah tuhan ta
Dibagas al-Qur’an dapet ri baca
Yang artinya:
Air Singkil bersimpang dua
Simpang Cenindang dengan simpang Sungkhaya
Oh saudaraku semua
Kita ingat perintah Tuhan kita
Simpang Cenindang dengan simpang Sungkhaya
Di tengah-tengah kampung Pemukan
Kita ingat-ingat perintah Tuhan kita
Di dalam al-Qur’an dapat kita baca
Saat ini Tari Dampeng di Singkil sudah mulai kurang diminati oleh masyarakat terseniaceh di perkotaan dimana masyarakat lebih senang menggunakan hiburan organ tunggal pada acara-acara yang bersifat perayaan.