RUHUL IZZANI, Mahasiswi Angkatan 2019 Program Studi Kriya Seni, Jurusan Seni Rupa dan Desain ISBI Aceh, melaporkan dari Jantho, Aceh Besar
Peringatan dies natalis (ulang tahun) ke-9 Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh yang jatuh pada 6 Oktober 2023, ditandai dengan berbagai kegiatan. Di antaranya, pertunjukan dan pameran seni, peresmian Gedung FIB ISBI Aceh oleh Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Prof Ir Nizam MSc PhD, ‘video mapping’, ‘live painting’, jalan santai, dan bazar.
Karena ini dies natalis, tentu saja ada orasi ilmiah. Dies reader-nya kali ini diundang dari Malaysia, yakni Datuk Dr Siti Zainon Ismail, Prof Adjunt Universiti Putra Malaysia yang dijuluki Sastrawan Negara Ke-14.
Rangkaian kegiatan dies natalis ISBI Aceh dimulai sejak 5 Oktober 2023 yang berlangsung di halaman gedung baru ISBI, Bukit Meusara Kota Jantho dengan penampilan berbagai pertunjukan.
Seluruh mahasiswa dan siswa yang diundang dari jenjang SD, SMP, SMA, dan MAN dari Kabupaten Pidie dan Aceh Besar untuk mengisi acara tampak sangat antusias melakoni peran masing-masing maupun saat menyaksikan tampilan pihak lain.
Acara ini diisi dengan begitu meriah oleh tampilan dari Program Studi (Prodi) Karawitan, Prodi Tari, Prodi Teater, Prodi Kriya, Prodi Seni Rupa Murni, Prodi Kajian Sastra dan Budaya, serta Prodi Bahasa Aceh.
Pertunjukan dimulai dengan tarian dari mahasiswa Prodi Tari dengan judul Aceh Meusaho sebagai ‘opening’ acara dies natalis ke-9. Prodi Tari juga menampilkan berbagai tarian dari mahasiswa(i) kolaborasi dengan dosen. Tariannya hasil kreasi mahasiswa.
Tarian ditampilkan dengan sangat meriah sehingga pengunjung sangat terhibur. Mereka yang menikmatinya tidak jenuh, apalagi diiringi alunan musik yang syahdu dan harmonis. Semua itu membuat mata pengunjung tak beralih dari panggung utama.
Sementara itu, Prodi Karawitan (Himaka) menampilkan beberapa judul lagu, di antaranya lagu solo dari Izzaturahma berjudul Wonder Women, lagu Terbang dari The Noisy Band, Nanggroe Regge, dan lagu-lagu solo lainnya.
Lagu-lagu tersebut dinyanyikan dengan sangat asyik dan seru sehingga membangkitkan semangat penonton walaupun dalam suasana hujan yang menyebabkan area sekitaran panggung jadi berlumpur.
Selanjutnya, penampilan ‘fashion show’ oleh mahasiswa-mahasiswi Prodi Kriya berkolaborasi dengan dosen pembimbing Himapro, yaitu Sartika boru Sembiring SPd, MSn.
Kostum ‘fashion show’ ini merupakan karya mahasiswa Prodi Kriya itu sendiri, berupa busana bordir kerawang Gayo, baju jas rompi anyaman tikar mix dengan bahan kain, tas ransel dari kulit, dan kain tenun songket, karya dosen Prodi Kriya berupa pakaian batik panjang.
Kostum yang digunakan sangat variatif dan unik, hasil kreativitas dari mahasiswa Prodi Kriya sehingga dengan diadakan ‘fashion show’ dari hasil karya mahasiswa dapat memuaskan mereka karena karyanya dihargai. Bagaimana tidak, karya yang dibuat bisa langsung dipamerkan kepada pengunjung, apalagi acara ini disiarkan secara ‘live’ oleh RRI. Dengan demikian, akan membuat mahasiswa, khususnya dari Prodi Kriya, akan termotivasi untuk terus berkarya ke depannya dengan berbagai kreativitas yang kemudian dapat tersalurkan ke dalam karya-karya yang lebih menarik lagi.
Tampilan mahasiswa Prodi Seni Rupa Murni juga tak kalah menarik dari prodi lainnya. Mereka menampilkan ‘live painting performance’ di depan panggung, di tengah-tengah stan dan bazar, dengan keadaan tanah yang berlumpur.
Mereka mengekspresikan karyanya dengan tema ‘Pile of Art Floats’ menggunakan kostum plastik, papan untuk mengekspresikan racikan cat-cat semprot, dan yang paling menyita perhatian pengunjung adalah properti kloset bekas dan pembacaan puisi berjudul Keresahan Seni Rupa oleh Ainul Mardhiah.
Pemerannya adalah Humam Prayuda, Dinda Alfya, Nadia Faguita, Siti Nurfadhilah, Fitriatul Jannah, Innaya Syakila, Selvianti, Tiur Bunga Tampubolon, dan Aira Safira.
Menampilkan ‘body painting’ dan lakon Humam Prayuda yang jari kaki dan tangannya sudah diikat dengan tali, aksi ini menceritakan tentang keresahan dan situasi tertekan mahasiswa yang dibatasi dan dikontrol ruang geraknya. Namun, dasar mahasiswa, walaupun dibatasi ruang geraknya tetap saja teguh pada pendiriannya.
Suasana tambah menarik saat cat dilemparkan kepada mahasiswa yang berperan pada ‘body painting’ tersebut. Posisi kedua pergelangan kaki dan tangannya diikat dan ditarik oleh mahasiswa lainnya. Ini simbolik bahwa meski mahasiswa mendapat tantangan, rintangan, dan cemoohan, tetapi tetap kuat dan tegar.
Kemudian ia diceburkan ke dalam ember yang berisi cat dan dilempari dengan cat oleh mahasiswa lainnya. Klimaksnya, si pemeran ‘body painting’ mencelupkan wajah dan kepalanya ke dalam kloset yang sengaja disediakan sebagai properti pertunjukan sehingga membuat penonton teriak histeris.
Kemudian, mereka melemparkan cat secara abstrak dan terakhir semua pemeran berbondong-bondong melemparkan cat secara abstrak pada papan yang sudah disediakan dan ternyata mereka menuliskan Selamat Ulang Tahun ISBI Aceh.
Pertunjkan seni murni ini ditutup dengan Humam Prayuda berlari mngelilingi pemeran lain dengan membawa bendera komunitasnya.
Bagi mahasiswa Prodi Kajian Sastra dan Budaya serta Prodi Bahasa Aceh ini merupakan penampilan pertama mereka karena kedua prodi tersebut merupakan prodi baru di ISBI Aceh.
Sementara itu, mahasiswa Prodi Kajian Sastra dan Budaya menampilkan puisi dengan judul Kota Pesta dan Kenangan. Ini mengisahkan tentang seseorang yang berbangga dan berbahagialah dengan jabatan yang dimiliki.
Dari Prodi Bahasa Aceh menampilkan pidato bahasa Aceh dengan isi seluruh pidato berbahasa Aceh.
Penampilan selanjutnya, yaitu tari guel dari Komunitas Matagabi (Mahasiswa Tanah Gayo ISBI Aceh). Tari guel sendiri merupakan tari budaya yang berasal dari Gayo. Penampilan dari Matagabi tersebut sangat meriah dan seru sehingga pengunjung terpukau.
Selanjutnya, penampilan tarian yang dipersembahkan oleh murid-murid MIN 45 Aceh Besar. Mereka menari dengan sangat bagus dan kompak sehingga penontn terhipnotis dan membuat semua mata tertuju pada mereka. Pengunjung yang jauh mendekat ke panggung untuk menyaksikan secara dekat penampilan tari mereka yang dimainkan dengan sangat lincah dan lihai, tidak kalah dari penampilan mahasiswa ISBI Aceh sendiri.
Terakhir, penampilan baca puisi dari grup Suster (Sukma Teater) dari Sekolah Sukma Bangsa yang berasal dari Indrajaya, Kabupaten Pidie. Terlihat betapa mereka sangat menguasai perannya masing-masing dengan skill yang mereka punya. Mereka juga memberikan penampilan terbaik di acara dies natalis ISBI Aceh tahun ini.
Penampilan-penampilan pada pertunjukan dalam rangka Dies Natalis Ke-9 ISBI Aceh tahun ini sangat meriah dan menyenangkan, apalagi diadakan di halaman gedung baru kampus yang baru saja diresmikan. Semoga pada dies natalis tahun depan bisa diadakan lebih banyak lagi kegiatannya dan lebih banyak lagi yang bisa ikut berpartisipasi.