ISBI Aceh – Dalam upaya mendukung dan melestarikan kesenian lokal, dosen jurusan seni rupa dan seni pertunjukan Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh yang terdiri dari, Hatmi Negria Taruan, M.Sn. Susandro, M.Sn., dan Rika Wirandi M.Sn tergabung sebagai tim dosen peraih dana hibah pengabdian kepada masyarakat melalui program Hibah Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat yang diselenggarakan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) ISBI Aceh.
Kegiatan pengabdian yang diselenggarakan pada tanggal 11-13 Agustus 2023 yang lalu ini bertajuk “Penguatan Tata Penggung Pergelaran Ketoprak Dor Rahayu Cipto Rukun di Aceh Tengah”.
Kegiatan tersebut berfokus pada upaya penguatan, pelestarian dan pengembangan seni tradisional yang dilestarikan oleh masyarakat etnis Jawa di Aceh Tengah, yaitunya kesenian Ketoprak Dor Rahayu Cipto Rukun pimpinan Bapak Syahrudin, di desa Paya Tumpi – berupa pembuatan layar belakang (backdrop) pergelaran untuk pertunjukan-pertunjukan mendatang.
Proses pengabdian ini dimulai beberapa bulan lalu – yang dimulai dari penelitian mendalam tentang kesenaian Ketoprak Dor dan warisan budaya yang terkait oleh tim dosen ISBI Aceh.
Para dosen bekerja erat dengan tokoh-tokoh masyarakat dan pemain Ketoprak Dor yang berpengalaman, menggali cerita-cerita, simbolisme, makna-makna yang ada di balik pergelaran ini, untuk kemudian menghubungkannya dengan elemen-elemen seni rupa. Mereka berusaha untuk memahami esensi dan nilai-nilai yang ingin diungkapkan melalui kesenian tersebut untuk pembuatan layar belakang pementasan Ketoprak Dor yang dilukis secara manual.
Setelah memahami secara mendalam, para dosen bersama-sama mengembangkan ide dan konsep pembuatan layar belakang yang menggambarkan keindahan alam dan budaya lokal di Dataran Tinggi Gayo tersebut. Mereka menggabungkan teknik seni rupa realis dengan elemen-elemen tradisional Aceh Tengah, menciptakan harmoni visual yang memukau dan memikat. Layar belakang untuk pergelaran kesenian Ketoprak Dor Rahayu Cipto Rukun dibuat lebih kurang selama empat minggu sebelum diaplikasikan pada pergelaran kesenian khas masyarakat Jawa yang telah menetap sejak lama di Aceh Tengah tersebut.
Gotong royong persiapan pergelaran Ketoprak Dor
Layar belakang yang spektakuler dengan ukuran 3×4 meter yang berjumlah 4 lembar ini adalah gambaran visual yang memukau dari pemandangan alam Tanah Gayo yang memikat, Umah Pitu Ruang yang sarat makna, dan gambaran keraton yang menjelma dalam detail yang memesona. Setiap goresan kuas menggambarkan keindahan alam dan warisan lokal, membawa penonton pada perjalanan yang mendalam ke dalam alam dan budaya Aceh, khususnya Aceh Tengah.
Pergelaran Ketoprak Dor
Pada malam acara pembukaan kegiatan, Reje Kampung/ Kepala Desa, Bapak Idrus, S.Pd., memberikan kata sambutan dan menyatakan kebanggaannya atas keterlibatan dosen dan mahasiswa ISBI Aceh dan masyarakat dalam proyek pengabdian ini.
“Semoga dengan diadakannya penampilan ini dapat semakin memberi motivasi tersendiri pada kelompok Ketoprak Dor Rahayu Cipto Rukun yang telah berusia 45 tahun – sejak tahun 1960-an, dan baru tiga tahun ke belakang ini saya memiliki komitmen, agar kelompok ini bisa digiatkan kembali. Jadi sekarang kita mengambil puing-puing yang tersisa sebenarnya dari beberapa penampilan budaya dulunya karena kita berencana memajukan desa Paya Tumpi ini sebagaimana destinasi wisata, tidak hanya keindahan alamnya saja dan kopinya, melainkan juga seni dan budayanya.”
Lebih lanjut, Idrus menyampaikan, “Kami sangat berterima kasih atas upaya para dosen dan mahasiswa ISBI Aceh, pemain ketoprak, serta masyarakat Desa Paya Tumpi yang telah bersatu demi melestarikan budaya kita.
Proyek pengabdian masyarakat oleh dosen ISBI Aceh ini telah menginspirasi dan memotivasi generasi muda kami untuk lebih mencintai dan berkontribusi pada kesenian tradisional Aceh,” ujar Idrus dengan senyum bangga.
Pada kesempatan yang sama, ketua tim pengabdian dosen ISBI Aceh, Hatmi Negria Taruan, M.Sn. menyampaikan bahwa, kegiatan pengabdian ini merupakan wujud komitmen dan upaya untuk berperan serta dalam pelestarian kesenian di Aceh.” Setalah itu, dilanjutkan dengan sesi penyerahan layar pergelaran dan seperangkat alat rias kepada ketua sanggar kesenian Ketorak Dor dan Reje Kampung Paya Tumpi.