karya Archives - Institut Seni Budaya Indonesia Aceh https://isbiaceh.ac.id/tag/karya/ Selamat Datang di Institut Seni Budaya Indonesia Aceh - isbiaceh.ac.id Sat, 28 Aug 2021 00:36:16 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.5 https://isbiaceh.ac.id/wp-content/uploads/2021/05/Institut_Seni_Budaya_Indonesia_Aceh-50x50.png karya Archives - Institut Seni Budaya Indonesia Aceh https://isbiaceh.ac.id/tag/karya/ 32 32 Memaknai Seni Visual di Aceh https://isbiaceh.ac.id/memaknai-seni-visual-di-aceh/ https://isbiaceh.ac.id/memaknai-seni-visual-di-aceh/#respond Wed, 04 Aug 2021 08:09:10 +0000 https://isbiaceh.ac.id/?p=8259 Aceh masih memandang rendah terhadap pilar kesenian, sebenarnya banyak potensi yang ada dikalangan masyarakat Aceh terkait hal ini, pun dalam bidang desain dan yang menyangkut dengan visual lainnya. Saya kira, mata kita sudah terbiasa melihat  visual-visual yang ada disepanjang jalan yang terbentang di Banda Aceh dan sekitarnya. Ini bukanlah hal baru yang ada disini, tetapi… Read More »Memaknai Seni Visual di Aceh

The post Memaknai Seni Visual di Aceh appeared first on Institut Seni Budaya Indonesia Aceh.

]]>
Aceh masih memandang rendah terhadap pilar kesenian, sebenarnya banyak potensi yang ada dikalangan masyarakat Aceh terkait hal ini, pun dalam bidang desain dan yang menyangkut dengan visual lainnya. Saya kira, mata kita sudah terbiasa melihat  visual-visual yang ada disepanjang jalan yang terbentang di Banda Aceh dan sekitarnya. Ini bukanlah hal baru yang ada disini, tetapi masyarakat Sebagian masih kurang apresiasi dalam melihat sebuah karya, baik-itu mural, stensil, graffity, poster dan apa pun kata gantinya . Meski pun dari para pelaku Sebagian masih menyentuh tempat-tempat umum dalam menyampaikan pesan visual kepada khalayak. Ini sangat sederhana, karena masih belum memadai ruang yang tersedia untuk para perupa di Aceh dalam malakukan pegelaran pameran. Berbeda halnya dengan ruang-ruang pertunjukan yang sudah sangat banyak difasilitasi, baik itu oleh swasta atau pun pemerintah.

Ini sangat relevan dengan apa yang telah terjadi di Aceh, perkembangan seni rupa barsaing dengan kecepatan cahaya. Namun, masih saja kepekaan melebihi saat cewek bilang terserah, belum ada ditelinga pemerintah Aceh. Timbulah keresahan didinding-dinding kota yang kita lihat selama ini, karena ruang pamer tidak cukup baik untuk karya dipersilahkan menempel disana. Padahal, jika kita merubah sudut pandang kita terhadap nilai dari sebuah karya seni visual, ini menjadikannya elegan. Bagaimana mewahnya karya-karya yang menempel didinding kota itu ada di ruang pamer yang diperlakukan dan diapresiasi dengan baik, ketimbang berada dijalanan dan hanya akan membuat orang bertanya “yang dilakukan semua ini sebenarnya untuk apa?”.

Kita seharusnya prihatin dengan hal ini, karena potensi anak muda di Aceh sangat hebat, namun pemerintah buta akan hal ini, seni visual yang ada di jalanan atau yang biasa dikenal dengan street art ini muncul sebagai propaganda, baik itu dalam mengkritik atau pun dengan menyampaikan suatu berita atau pesan tertentu, yang mungkin dengan lisan atau tulisan tidak pernah diperdulikan. Inilah maksud dari para street art ini memakai tempat umum yang desediakan, dan mengubahnya sebagai kording (koran dinding)  istilah ini muncul dikalangan perupa dalam menamai sesuatu atau biasa desebut madding secara konvensional. Karena dengan memakai tempat umum ini sebagai media propaganda, akan menjadi pusat perhatian.

Seni rupa pun kini masuk kedalam dunia desain, dan desain juga lebih popular di Aceh, banyak tempat yang kita lihat yang menjadi media promosi dijalanan, seperti: spanduk, baliho, billboard, dan itu menjadi galeri pemerintah Aceh untuk mamajang foto selfie nya

dengan kata ucapan selamat  untuk apa pun itu, dan orang awam menamakan itu sebagai sebuah desain yang akurat. Ya, akurat bagi pengetahuan yang kurang  apresiasi dalam memaknai desain. kalua kita lebih jeli dalam hal ini, yang seperti itu akan menjadi hal yang biasa, karena tidak dibarangi dengan pengetahuan tertentu dari kalangan pemerintah itu sendiri, sehingga media promosi iklan itu akan menjadi sampah, meskipun memuat beragam informasi. Tapi, coba kita telaah lebih jauh lagi. Memang sudah sangat melelahkan mata jika apa yang kita rekam dengan indra penglihatan kita adalah hal-hal yang dikemas dengan sembraut. Yakni, tidak lagi memikirkan konteks dan konsep dari suatu rancangan atau pesan. Tetapi coba, jika yang demikian terjadi kita merubah pola pikir kita, kemudian kita perlu melihat lebih dalam tentang hal ini. Bagaimana semua ini dikemas dengan mewah dalam bentuk yang lebih unggul, sehingga Ketika orang melihat, ada pengetahuan baru yang hadir, baik itu dari layout sebuah billboard dengan medium yang besar maupun dengan medium yang kecil. Karena jika ditata dengan bagus dan sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam prinsip-prisip desain akan menjadi lebih mewah dan diapresiasi, seperti melihat proporsi karya, penggunaan foto, pemilihan warna penataan atau layout, serta pemilihan font yang relevan dengan sesuatu yang ingin diperlihatkan.  Ada banyak ahli atau profesi desainer komunikasi visual di Aceh, sesuai perkembangan jaman, mereka lebih telaten dalam hal ini dan terlatih. Berbeda halnya dengan orang-orang yang dipercetakan, meskipun mereka bisa menggunakan perangkat lunak atau software pengolah grafis, tetapi tidak semua dari mereka tau persis kaidah-kaidah yang berlaku didalam dunia desain. Percetakan lebih mampu mengetahui tentang bahan dan cara mencetak dengan baik dan benar. Makanya perlu juga di setiap instansi pemerintahan atau apa pun yang sekarang bergerak di dunia dengan kecanggihan teknologi, perlu adanya orang yang mampu dan memang telah terlatih di bidangnya. Artinya adalah tidak memperlakukan sesuatu dengan semena-mena dan, mengerti bagaimana menempatkan sesuatu pada tempatnya.

Saya kira banyak komunitas-komunitas di Aceh yang telah mencetak para desainer dengan cara mereka mengetahui secara otodidak atau melalui suatu pembelajaran di perkuliahan. Karena, Pelaku kesenian, dan juga Desainer sudah menjadi profesi, meskipun semua orang memiliki perangkat digital dan bisa mengolahnya, ini sangat berbeda dengan yang memang profesi sebagai desainer, mereka lebih mengerti tentang attitude dan cara berinteraksi dengan client atau pun orang yang akan mereka hadaapi nantinya.

Institut Seni Budaya Indonesia Aceh (ISBI ACEH) adalah salah satu institusi pertama di Aceh yang memiliki Mahasiswa profesi Desainer Komunikasi Visual atau yng lebih akrab disebut DKV, kampus ISBI ACEH terletak di kota Jantho kabupaten Aceh Besar yang berdiri pada tahun 2014 dan telah mencetak banyak akademisi yang memiliki profesi dibidangnya. Karena ketika suatu pekerjaan dilakukan oleh orang yang memang ahli dibidangnya dengan predikat yang telah diraih, ini akan lebih meyakinkan ketimbang orang yang mengetahui secara umum, namun tidak memiliki skill yang khusus .

Maka perlulah apresiasi dari semua kalangan dalam memaknai seni visual, desain dan segala macam yang menyangkut dengan pemunculan ide-ide kreatif di era sekarang ini, karena dengan adanya ruang dan apresiasi tersebut maka akan menambahkan kepercayaan diri pada setiap pelaku visual dalam berkarya, dan ini akan meningkatkan nama Aceh dalam

industri kreatif. Jadi pemerintah tidak hanya sekedar berbicara dan tidak menghasilkan apa- apa tanpa melihat potensi yang ada di sekitar kita, sebab hal yang demikian akan menjadi suatu kekayaan sumberdaaya yang ada di Aceh dalam bidang kesenian, dan memiliki banyak orang-orang kreatif.


M. SADIKUN

Mahasiswa Desain Komunikasi Visual (DKV) ISBI ACEH

Kota Jantho

The post Memaknai Seni Visual di Aceh appeared first on Institut Seni Budaya Indonesia Aceh.

]]>
https://isbiaceh.ac.id/memaknai-seni-visual-di-aceh/feed/ 0