gayo.tribunnews.com Archives - Institut Seni Budaya Indonesia Aceh https://isbiaceh.ac.id/tag/gayo-tribunnews-com/ Selamat Datang di Institut Seni Budaya Indonesia Aceh - isbiaceh.ac.id Tue, 09 Jul 2024 08:25:47 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.5 https://isbiaceh.ac.id/wp-content/uploads/2021/05/Institut_Seni_Budaya_Indonesia_Aceh-50x50.png gayo.tribunnews.com Archives - Institut Seni Budaya Indonesia Aceh https://isbiaceh.ac.id/tag/gayo-tribunnews-com/ 32 32 Dosen ISBI Aceh Raih Gelar Doktor Seni Teater Pertama di ISI Surakarta https://isbiaceh.ac.id/alumni-kuflet-ketua-dka-teuku-afifuddin-raih-doktor-seni-teater-pertama-isbi-aceh-di-isi-surakarta/ Wed, 03 Jul 2024 03:49:24 +0000 https://isbiaceh.ac.id/?p=17044 SOLO, isbiaceh.ac.id –  Teuku Afifuddin, S.Sn, M.Sn meraih gelar Doktor atas disertasi bertajuk “Perubahan Bentuk Peugah Haba dari Tradisi Lisan ke Pertunjukan”. Ujian terbuka digelar pada ruang Seminar gedung Pascasarjana Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta Selasa (25/6/ 2024) dari pukul 10:00 WIB sampai dengan 13:00 WIB. Afid merupakan lulusan ke 123 dari Pascasarjana ISI Surakarta.… Read More »Dosen ISBI Aceh Raih Gelar Doktor Seni Teater Pertama di ISI Surakarta

The post Dosen ISBI Aceh Raih Gelar Doktor Seni Teater Pertama di ISI Surakarta appeared first on Institut Seni Budaya Indonesia Aceh.

]]>
SOLO, isbiaceh.ac.id –  Teuku Afifuddin, S.Sn, M.Sn meraih gelar Doktor atas disertasi bertajuk “Perubahan Bentuk Peugah Haba dari Tradisi Lisan ke Pertunjukan”. Ujian terbuka digelar pada ruang Seminar gedung Pascasarjana Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta Selasa (25/6/ 2024) dari pukul 10:00 WIB sampai dengan 13:00 WIB. Afid merupakan lulusan ke 123 dari Pascasarjana ISI Surakarta.

Penelitian ini mengkaji perubahan bentuk tradisi lisan Peugah Haba di masyarakat Aceh khususnya Aceh bagian barat selatan, Peugah Haba berubah bentuk dari tradisi lisan menjadi pertunjukan teater modern.

Perubahan ini dipelopori oleh tokoh seni Mak Lapee asal Manggeng dan diteruskan oleh muridnya; Teungku Adnan PMTOH dan Agus Nur Amal murid dari Teungku Adnan PMTOH. Disertasi ini menyoroti bagaimana penciptaan teater Indonesia, khususnya di Aceh, terjadi berdasarkan pengaruh lokal tanpa dominasi pengaruh teater Barat.

Pertunjukan Peugah Haba tercipta dari bentuk tradisi lisan menjadi bentuk teater di Indonesia menjadikan Peugah Haba dari pertunjukan lokal mampu menembus global. Proses Perubahan ini tidak hanya menyangkut aspek artistik dari hasil pembaruan yang dalam masyarakat Aceh disebut; Seubaro, tetapi juga membawa implikasi konseptual yang penting dalam memahami dan mengembangkan teater Indonesia berbasis lokalitas.

Dalam ujian tersebut, Dr. Aris Setiawan, S.Sn., M.Sn selaku Promotor mengatakan bahwa “Kita selama ini sangat sulit untuk melacak jejak seni pertunjukan teater di Aceh, Novelty dari penelitian ini menjadi palang pintu untuk membuka lorong kecil dalam menemukan upaya bagaimana kesenian Aceh itu berkembang.

Dari titik hanya sekedar mitos (Dangdeuria) yang oleh Mak Lapee menjadi Realitas yang dipanggungkan. Kebaruan hasil penelitian ini menajadi peta jalan bagi penelitian teater berikutnya di Aceh” tegasnya.

Bentuk Pertunjukan Peugah Haba hasil perubahan tradisi lisan Peugah Haba yang dilakukan oleh Mak Lapee kemudian di analis menggunakan perspektif masyarakat Aceh terhadap kesenian dan olah raga. Masyarakat Aceh menyebut “meu’en” untuk kegiatan kesenian dan olah raga seperti meu’en seudati, meu’en rapa’i, meu’en saman, meu’en bhan (sepak bola).

Perspektif ini kemudian di rumuskan menjadi sebuah konsep oleh Afid untuk melihat bentuk kesenian di Aceh terutama Peugah Haba. Konsep meu’en dalam disertasi ini memiliki unsur-unsur yaitu; awak meu’en (pemain/penyaji), meuneu’en (mainan/yang dimainkan/konten), peumeu’en (cara/metode memainkan), alat meu’en (peralatan main), panteu (tempat bermain), tereutib meu’en (urutan/alur bermain). Konsep Meu’en tidak hanya cocok untuk menganalisis bentuk Peugah Haba, tapi untuk kesejian lain di Aceh, bahkan untuk daerah lain, namun butuh penyesuai bahasa saja.

Afid menjadi doktor teater pertama untuk Prodi Teater ISBI Aceh dan alumni Komunitas Seni Kuflet bergelar Doktor Seni.

Hadir dalam acara tersebut Dr. Marwan, WR II ISBI Aceh mewakili Rektor ISBI Aceh yang berhalangan karena harus membuka acara Peksimida Aceh di ISBI Aceh. Selain itu hadir juga ketua Yayasan Masyarakat Aceh Surakarta; Adi Fa beserta masyarakat Aceh yang ada di surakarta. Momen ini, juga disajikan kuliner Aceh seperti Kuah Beulangong dan timphan asoe kaya sebagai salah satu upaya promosi budaya Aceh.

Ketika ditanya oleh salah satu penguji apa yang akan dilakukan setelah ini dari hasil penelitian perubahan Bentuk Peugah Haba, dengan mantap Afifuddin menjawab “Jika Mak lapee memindahkan Peugah haba dari ruang intim di masyarakat ke realitas panggung, maka saya ingin kedepan peugah haba menjadi realitas di dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Peugah haba menjadi ilmu untuk menata tatanan berkehidupan masyarakat modern hari ini”

Saat sidang akan di skorsing untuk menghitung nilai, Teuku Afifuddin diminta oleh pimpinan sidang mempertunjukan Peugah Haba yang terbaru sebagai bukti bahwa Promovendus benar-benar menguasai objek penelitiannya.

Afid kemudian menyampaikan ucapan terimakasih dalam bentuk peugah haba meunggunakan ca’e (irama) dan tuto (tutur) yang kemudian disambut dengan hal yang sama oleh ketua penguji yang menskorsing sidang dengan bentuk peugah haba tapi dengan irama Jawa. Ini kali pertama ujian terbuka disertasi yang berbeda dari yang pernah ada, karena ada penggalan pertunjukan.

Promotor : Dr. Aris Setiawan, S.Sn., M.Sn
Ko Promotor : Prof. Sarwanto, S.Kar., M.Hum.
Penguji Ahli : Dr. Sulaiman, M.Sn merupakan Dosen ISI Padangpanjang dan ketua MAA perwakilan Provinsi Sumatera Barat (*)

The post Dosen ISBI Aceh Raih Gelar Doktor Seni Teater Pertama di ISI Surakarta appeared first on Institut Seni Budaya Indonesia Aceh.

]]>
Kongres Peradaban Aceh Hasilkan 21 Rekomendasi Pada Tahun 2026 Mendatang, Bertema Peradaban Gayo https://isbiaceh.ac.id/kongres-peradaban-aceh-hasilkan-21-rekomendasi-pada-tahun-2026-mendatang-bertema-peradaban-gayo/ Mon, 13 May 2024 03:26:55 +0000 https://isbiaceh.ac.id/?p=16876 KOTA JANTHO, isbiaceh.ac.id – Kongres Peradaban Aceh (KPA) 2024 di Jantho, Aceh Besar 6-8 Mei 2024 melahirkan 21 butir rekomendasi. Salah satunya Kongres 2026 bertema penguatan Peradaban Gayo berlangsung di wilayah dataran tinggi Gaho. Rekomendasi terbagi kepada tiga bagian, yakni Penguatan Seni berisi tujuh butir, Penguatan Adat dan Budaya tujuh butir, serta Penguatan KPA tujuh… Read More »Kongres Peradaban Aceh Hasilkan 21 Rekomendasi Pada Tahun 2026 Mendatang, Bertema Peradaban Gayo

The post Kongres Peradaban Aceh Hasilkan 21 Rekomendasi Pada Tahun 2026 Mendatang, Bertema Peradaban Gayo appeared first on Institut Seni Budaya Indonesia Aceh.

]]>
KOTA JANTHO, isbiaceh.ac.id – Kongres Peradaban Aceh (KPA) 2024 di Jantho, Aceh Besar 6-8 Mei 2024 melahirkan 21 butir rekomendasi. Salah satunya Kongres 2026 bertema penguatan Peradaban Gayo berlangsung di wilayah dataran tinggi Gaho. Rekomendasi terbagi kepada tiga bagian, yakni Penguatan Seni berisi tujuh butir, Penguatan Adat dan Budaya tujuh butir, serta Penguatan KPA tujuh butir poin. Rekomendasi dirumuskan oleh Tim Perumus terdiri dari Prof. Dr. Wildan, MPd., Dr. Ahmad Farhan Hamid, M.S., Ir. Fikar W.Eda, M.Sn., Mustafa Ismail, S.E., M.Sn., Al Munzir, S.Pd., M.Si., Yarmen Dinamika, dan Prof. Dr. Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad. Berikut isi lengkap rekomendasi Kongres Peradaban Aceh.

REKOMENDASI KONGRES PERADABAN ACEH

(KPA) 2024 JANTHO,

6-8 Mei 2024

A. PENGUATAN SENI

1. Pemerintah, swasta, dan seluruh elemen masyarakat wajib memberi dukungan terhadap kerja kreatif dan inovatif pelaku seni dan budaya Aceh dalam bentuk anggaran, fasilitas, perekaman, pendokumentasian, promosi, dan pemasaran.

2. Memperbanyak pemberian beasiswa kepada putra-putri Aceh untuk menempuh pendidikan seni dan budaya, baik formal (S-1, S-2, S-3) maupun pendidikan nonformal, seperti kursus, workshop, residensi, lokakarya, seminar, studi banding, pameran, dan pertunjukan, di dalam dan luar negeri.

3. Memberi insentif dan penghargaan kepada pelaku seni dan budaya Aceh, baik yang tinggal di Aceh maupun di luar Aceh, yang berprestasi mengharumkan nama provinsi ini di level nasional dan internasional dalam bentuk dukungan finansial, fasilitas, dan alat kerja, demi menjamin kesejahteraan dan kreativitas para seniman.

4. Memperkuat lembaga kesenian, komunitas, dan sanggar seni masyarakat dengan menyediakan hibah anggaran yang memadai dan tata kelola organisasi yang baik.

5. Menyediakan ruang pameran dan pertunjukan dengan fasilitas standar di seluruh kabupaten/kota di Aceh yang dapat dimanfaatkan secara gratis oleh pelaku seni dan budaya.

6. Mempercepat adanya Qanun Aceh tentang Kesenian sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh dan Qanun Aceh tentang Kebudayaan sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.

7. Mendorong pemerintah, swasta, dan masyarakat menyediakan ruang-ruang seni budaya atau ruang kreatif di tempat-tempat publik, seperti mal, gedung, taman kota, lokasi wisata, kompleks perumahan, kampung, dan lain-lain.

B. PENGUATAN ADAT DAN BUDAYA

1. Menggali dan menghidupkan kembali adat, budaya, serta tradisi yang telah punah serta mendorong generasi muda menjadi motor penggeraknya.

2. Memperkuat struktur kepemimpinan adat dan budaya dalam masyarakat mulai dari tingkat gampong (desa) hingga tingkat provinsi.

3. Pemerintah lebih aktif mempromosikan adat dan budaya Aceh di tingkat nasional dan internasional, mendaftarkan hak paten karya-karya seni budaya, serta membantu memasarkan karya seni budaya sebagai bagian dari ekonomi kreatif.

4. Mendukung pembiayaan dan fasilitas terhadap segala upaya pelestarian dan pengembangan adat dan budaya Aceh.

5. Mendorong pemerintah lebih aktif melakukan pendokumentasian, pengarsipan adat dan budaya Aceh dalam bentuk tertulis, video, suara, gambar, barang cetakan, dan animasi menggunakan teknologi, termasuk kecerdasan buatan, sehingga mudah diakses publik.

6. Mendirikan Museum Peradaban Aceh di tingkat provinsi dan membangun gampong budaya di daerah hingga ke tingkat desa sebagai ruang kreatif, laboratorium seni budaya, serta ruang ekspresi dan ekshibisi karya-karya dari pelaku seni budaya.

7. Memandatkan kepada Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh untuk membuka program studi ilmu sejarah.

C. PENGUATAN KPA

1. Pelaksanaan Kongres Peradaban Aceh (KPA) ditetapkan dua tahun sekali dan memandatkan kepada ISBI Aceh bertanggung jawab terhadap keberlanjutan pelaksanaan KPA berikutnya.

2. KPA 2026 mengangkat tema tentang Penguatan Peradaban Gayo dan dilaksanakan di wilayah Dataran Tinggi Gayo. Untuk itu, pemerintah, swasta, dan semua pihak di wilayah tersebut berkewajiban mendukung pembiayaan dan fasilitas demi terselenggaranya kongres dimaksud.

3. Sebagai bentuk kesinambungan gagasan Kongres Peradaban Aceh, perlu dibentuk Presidium Kongres yang di-SK-kan oleh Rektor ISBI Aceh.

4. Meminta Lembaga Wali Nanggroe untuk mendukung sepenuhnya pelaksanaan KPA berikutnya.

5. Pemerintah Aceh dan pemerintah kabupaten/kota ikut bertanggung jawab memberi dukungan terhadap pelaksanaan kongres dan perwujudan rekomendasi kongres.

6. KPA 2024 memperkuat rekomendasi KPA 2015 tentang penguatan bahasa-bahasa lokal di Aceh, termasuk mendorong Pemerintah Aceh atau pihak terkait segera menetapkan ejaan resmi bahasa Aceh yang diputuskan dalam KPA 2015, dan ejaan bahasa-bahasa lokal lainnya.

7. Memberi penghargaan kepada tokoh yang berjasa dalam seni budaya pada tiap penyelenggaraan KPA.

Kota Jantho, 7 Mei 2024

Tim Perumus

Foto:

1. Panitia, Tim Perumus dan sebagian pesarta kongres.

2. Dua Tim Perumus, Prof Wildan, MPd, dan Dr Ahmad Farhan Hamid, MS, bersana Wali Nanggroe Aceh Teungku Malik Mahmud Al Haytar

The post Kongres Peradaban Aceh Hasilkan 21 Rekomendasi Pada Tahun 2026 Mendatang, Bertema Peradaban Gayo appeared first on Institut Seni Budaya Indonesia Aceh.

]]>