acehnews.id Archives - Institut Seni Budaya Indonesia Aceh https://isbiaceh.ac.id/tag/acehnews-id/ Selamat Datang di Institut Seni Budaya Indonesia Aceh - isbiaceh.ac.id Mon, 13 May 2024 03:32:48 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.5 https://isbiaceh.ac.id/wp-content/uploads/2021/05/Institut_Seni_Budaya_Indonesia_Aceh-50x50.png acehnews.id Archives - Institut Seni Budaya Indonesia Aceh https://isbiaceh.ac.id/tag/acehnews-id/ 32 32 Kongres Peradaban Aceh Hasilkan 21 Rekomendasi Pada Tahun 2026 Mendatang, Bertema Peradaban Gayo https://isbiaceh.ac.id/kongres-peradaban-aceh-hasilkan-21-rekomendasi-pada-tahun-2026-mendatang-bertema-peradaban-gayo/ Mon, 13 May 2024 03:26:55 +0000 https://isbiaceh.ac.id/?p=16876 KOTA JANTHO, isbiaceh.ac.id – Kongres Peradaban Aceh (KPA) 2024 di Jantho, Aceh Besar 6-8 Mei 2024 melahirkan 21 butir rekomendasi. Salah satunya Kongres 2026 bertema penguatan Peradaban Gayo berlangsung di wilayah dataran tinggi Gaho. Rekomendasi terbagi kepada tiga bagian, yakni Penguatan Seni berisi tujuh butir, Penguatan Adat dan Budaya tujuh butir, serta Penguatan KPA tujuh… Read More »Kongres Peradaban Aceh Hasilkan 21 Rekomendasi Pada Tahun 2026 Mendatang, Bertema Peradaban Gayo

The post Kongres Peradaban Aceh Hasilkan 21 Rekomendasi Pada Tahun 2026 Mendatang, Bertema Peradaban Gayo appeared first on Institut Seni Budaya Indonesia Aceh.

]]>
KOTA JANTHO, isbiaceh.ac.id – Kongres Peradaban Aceh (KPA) 2024 di Jantho, Aceh Besar 6-8 Mei 2024 melahirkan 21 butir rekomendasi. Salah satunya Kongres 2026 bertema penguatan Peradaban Gayo berlangsung di wilayah dataran tinggi Gaho. Rekomendasi terbagi kepada tiga bagian, yakni Penguatan Seni berisi tujuh butir, Penguatan Adat dan Budaya tujuh butir, serta Penguatan KPA tujuh butir poin. Rekomendasi dirumuskan oleh Tim Perumus terdiri dari Prof. Dr. Wildan, MPd., Dr. Ahmad Farhan Hamid, M.S., Ir. Fikar W.Eda, M.Sn., Mustafa Ismail, S.E., M.Sn., Al Munzir, S.Pd., M.Si., Yarmen Dinamika, dan Prof. Dr. Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad. Berikut isi lengkap rekomendasi Kongres Peradaban Aceh.

REKOMENDASI KONGRES PERADABAN ACEH

(KPA) 2024 JANTHO,

6-8 Mei 2024

A. PENGUATAN SENI

1. Pemerintah, swasta, dan seluruh elemen masyarakat wajib memberi dukungan terhadap kerja kreatif dan inovatif pelaku seni dan budaya Aceh dalam bentuk anggaran, fasilitas, perekaman, pendokumentasian, promosi, dan pemasaran.

2. Memperbanyak pemberian beasiswa kepada putra-putri Aceh untuk menempuh pendidikan seni dan budaya, baik formal (S-1, S-2, S-3) maupun pendidikan nonformal, seperti kursus, workshop, residensi, lokakarya, seminar, studi banding, pameran, dan pertunjukan, di dalam dan luar negeri.

3. Memberi insentif dan penghargaan kepada pelaku seni dan budaya Aceh, baik yang tinggal di Aceh maupun di luar Aceh, yang berprestasi mengharumkan nama provinsi ini di level nasional dan internasional dalam bentuk dukungan finansial, fasilitas, dan alat kerja, demi menjamin kesejahteraan dan kreativitas para seniman.

4. Memperkuat lembaga kesenian, komunitas, dan sanggar seni masyarakat dengan menyediakan hibah anggaran yang memadai dan tata kelola organisasi yang baik.

5. Menyediakan ruang pameran dan pertunjukan dengan fasilitas standar di seluruh kabupaten/kota di Aceh yang dapat dimanfaatkan secara gratis oleh pelaku seni dan budaya.

6. Mempercepat adanya Qanun Aceh tentang Kesenian sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh dan Qanun Aceh tentang Kebudayaan sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.

7. Mendorong pemerintah, swasta, dan masyarakat menyediakan ruang-ruang seni budaya atau ruang kreatif di tempat-tempat publik, seperti mal, gedung, taman kota, lokasi wisata, kompleks perumahan, kampung, dan lain-lain.

B. PENGUATAN ADAT DAN BUDAYA

1. Menggali dan menghidupkan kembali adat, budaya, serta tradisi yang telah punah serta mendorong generasi muda menjadi motor penggeraknya.

2. Memperkuat struktur kepemimpinan adat dan budaya dalam masyarakat mulai dari tingkat gampong (desa) hingga tingkat provinsi.

3. Pemerintah lebih aktif mempromosikan adat dan budaya Aceh di tingkat nasional dan internasional, mendaftarkan hak paten karya-karya seni budaya, serta membantu memasarkan karya seni budaya sebagai bagian dari ekonomi kreatif.

4. Mendukung pembiayaan dan fasilitas terhadap segala upaya pelestarian dan pengembangan adat dan budaya Aceh.

5. Mendorong pemerintah lebih aktif melakukan pendokumentasian, pengarsipan adat dan budaya Aceh dalam bentuk tertulis, video, suara, gambar, barang cetakan, dan animasi menggunakan teknologi, termasuk kecerdasan buatan, sehingga mudah diakses publik.

6. Mendirikan Museum Peradaban Aceh di tingkat provinsi dan membangun gampong budaya di daerah hingga ke tingkat desa sebagai ruang kreatif, laboratorium seni budaya, serta ruang ekspresi dan ekshibisi karya-karya dari pelaku seni budaya.

7. Memandatkan kepada Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh untuk membuka program studi ilmu sejarah.

C. PENGUATAN KPA

1. Pelaksanaan Kongres Peradaban Aceh (KPA) ditetapkan dua tahun sekali dan memandatkan kepada ISBI Aceh bertanggung jawab terhadap keberlanjutan pelaksanaan KPA berikutnya.

2. KPA 2026 mengangkat tema tentang Penguatan Peradaban Gayo dan dilaksanakan di wilayah Dataran Tinggi Gayo. Untuk itu, pemerintah, swasta, dan semua pihak di wilayah tersebut berkewajiban mendukung pembiayaan dan fasilitas demi terselenggaranya kongres dimaksud.

3. Sebagai bentuk kesinambungan gagasan Kongres Peradaban Aceh, perlu dibentuk Presidium Kongres yang di-SK-kan oleh Rektor ISBI Aceh.

4. Meminta Lembaga Wali Nanggroe untuk mendukung sepenuhnya pelaksanaan KPA berikutnya.

5. Pemerintah Aceh dan pemerintah kabupaten/kota ikut bertanggung jawab memberi dukungan terhadap pelaksanaan kongres dan perwujudan rekomendasi kongres.

6. KPA 2024 memperkuat rekomendasi KPA 2015 tentang penguatan bahasa-bahasa lokal di Aceh, termasuk mendorong Pemerintah Aceh atau pihak terkait segera menetapkan ejaan resmi bahasa Aceh yang diputuskan dalam KPA 2015, dan ejaan bahasa-bahasa lokal lainnya.

7. Memberi penghargaan kepada tokoh yang berjasa dalam seni budaya pada tiap penyelenggaraan KPA.

Kota Jantho, 7 Mei 2024

Tim Perumus

Foto:

1. Panitia, Tim Perumus dan sebagian pesarta kongres.

2. Dua Tim Perumus, Prof Wildan, MPd, dan Dr Ahmad Farhan Hamid, MS, bersana Wali Nanggroe Aceh Teungku Malik Mahmud Al Haytar

The post Kongres Peradaban Aceh Hasilkan 21 Rekomendasi Pada Tahun 2026 Mendatang, Bertema Peradaban Gayo appeared first on Institut Seni Budaya Indonesia Aceh.

]]>
Mahasiswa Aceh Dunia Apresiasi Kongres Peradaban Aceh https://isbiaceh.ac.id/mahasiswa-aceh-dunia-apresiasi-kongres-peradaban-aceh/ Fri, 10 May 2024 07:35:11 +0000 https://isbiaceh.ac.id/?p=16852 Banda Aceh, isbiaceh.ac.id  – Forum Mahasiswa Aceh Dunia (FORMAD) mengajak seluruh pemangku kebijakan untuk melibatkan anak muda dalam segala agenda penjayaan seni dan budaya Aceh. Hal tersebut disampaikan oleh Ketua FORMAD Najid Akhtiar saat mengapresiasi Kongres Peradaban Aceh II di Kota Jantho, (7/5/2024). “Kongres Peradaban Aceh 2024 ini merupakan agenda yang sangat strategis untuk melestarikan… Read More »Mahasiswa Aceh Dunia Apresiasi Kongres Peradaban Aceh

The post Mahasiswa Aceh Dunia Apresiasi Kongres Peradaban Aceh appeared first on Institut Seni Budaya Indonesia Aceh.

]]>
Banda Aceh, isbiaceh.ac.id  – Forum Mahasiswa Aceh Dunia (FORMAD) mengajak seluruh pemangku kebijakan untuk melibatkan anak muda dalam segala agenda penjayaan seni dan budaya Aceh. Hal tersebut disampaikan oleh Ketua FORMAD Najid Akhtiar saat mengapresiasi Kongres Peradaban Aceh II di Kota Jantho, (7/5/2024).

“Kongres Peradaban Aceh 2024 ini merupakan agenda yang sangat strategis untuk melestarikan adat budaya kita. Suatu kehormatan diperkenankan hadir dan bertatap muka dengan tokoh-tokoh Aceh yang memiliki concern besar terhadap peradaban Aceh. Melalui kongres yang luar biasa ini, kami harapkan agar anak muda dapat belajar banyak dari para tokoh yang kami idolakan ini.

” Menurut Najid, generasi muda selayaknya dilibatkan secara aktif untuk menjayakan seni dan budaya. “Dilibatkan sebagai panitia suatu kehormatan. Dilibatkan untuk tampil di atas panggung suatu kehormatan yang lebih menyenangkan lagi. Lebih dari itu, dilibatkan dalam mengambil kebijakan dan berbagi ide pemerkasaan nilai-nilai seni budaya, tentu saja itu akan menjadi ultra kehormatan bagi generasi muda. Dengan memberikan porsi keterlibatan yang cukup pada anak muda, akan tumbuh mekar rasa memiliki anak muda akan adat dan budaya.”

“Mate aneuk meupat jeurat, mate adat han pat ta mita. Mengapa mate aneuk yang dijadikan permisalan, bukan mate yah atau mate ma? Karena memang selayaknya anaklah yang mengambil peran aktif dalam menghidupkan adat budaya. Seakan-akan anak ini harus didelegasikan khusus untuk agenda ini. Kalaupun mati dalam tugas yang mulia ini, paling tidak makamnya jelas mana letaknya. Sementara kalau saja tugas ini gagal dijalankan, adat budaya akan hilang selamanya.

” Najid menyebutkan bahwa generasi muda Aceh saat ini seringkali merasa tidak dilibatkan secara aktif dalam upaya memajukan budaya. Bahkan seringkali anak muda disindir dan diperolok sebagai generasi yang tidak mengerti bahasa, adat, seni dan budaya sebagaimana yang diwariskan oleh indatu. Padahal Najid percaya bahwa minat anak muda sangat besar untuk turut serta, namun sering pupus oleh minimnya ruang untuk berkarya.

Menurutnya, mengekalkan seni budaya Aceh tidak terlepas dari menumbuhkan rasa cinta generasi muda terhadap keduanya. Sebagai budaya yang memiliki sejarah yang megah di masa lalu, dengan mewariskannya kepada anak muda, budaya ini akan megah terus di masa depan.

“Saya pernah hadir dalam pentas seni yang diselenggarakan di Kairo. Salah satunya adalah penampilan seni Afrika yang ditampilkan oleh seorang lelaki tua. Suasana sangat hikmat, namun satu kesan yang tertinggal usai penampilan, bahwa seni yang dibawa itu sudah senja. Wafat lelaki tua itu, ikut wafat juga seninya, begitu kurang lebih bahasanya. Dan selang beberapa penampilan, di atas pentas yang sama, sekelompok anak muda hadir menampilkan tarian seni negaranya. Apa kesan yang ditinggalkan? Bahwa seni tari itu akan abadi, masih panjang umurnya dan cerah masa depannya.”

“Seni tari yang dibawa tersebut tidak lain adalah Tari Rapai Geleng yang ditampilkan oleh Keluarga Mahasiswa Aceh di Mesir,” tukas alumni Sastra Arab Al-Azhar ini.

Najid juga menyebutkan bahwa anak-anak Aceh yang tersebar di seluruh dunia banyak mengambil peran dalam mengenalkan adat budaya Aceh ke dunia internasional. Sebut saja KMA Mesir di Mesir, IMAN di Jerman, Rangkang Nanggroe di United Kingdom, putra-putri Aceh ini di tengah kesibukan studi mereka, turut juga berkontribusi dalam menjayakan adat budaya.

“Maka memperkenalkan adat budaya Aceh di panggung dunia sangat sejalan dengan visi misi yang FORMAD bawa. Menuju seratus ribu pelajar Aceh di kampus mancanegara, berarti mengutus seratus ribu duta yang siap mengenalkan Aceh dengan segala budayanya di dunia internasional. Sambil menyelam minum air, mereka kenalkan Aceh dan di masa yang sama, dengan serius menuntut ilmu untuk pulang membangun negeri.”

“Harapannya, ketika mereka pulang ke Aceh, mereka tidak hanya dianggap anak kemarin sore yang belum berbuat apa-apa untuk Aceh. Mereka beserta generasi muda lainnya, ingin berbuat lebih, hanya perlu diberi ruang sahaja; tentu saja dengan bimbingan dan arahan para ayahanda serta kakanda. Jangan sampai generasi muda merasa bahwa urusan adat budaya ini hanya urusan para senior saja. Kalau dari awal tertanam paradigma seperti itu, tinggal menunggu waktu adat budaya kita tutup usia.”

Ketua Umum FORMAD Periode 2022-2024 ini mengapresiasi para tokoh senior yang menurutnya sangat peduli terhadap generasi muda ini. Kerendahan hati mereka untuk memberi ruang anak muda menurutnya akan menjadi kunci bangkitnya kembali peradaban Aceh.

“Kamoe yang muda semangat sagai yang kamoe na. Melalui kongres dan kesempatan sebanyaknya bagi kami belajar dari para senior inilah, jalan agar pergerakan ini tidak hanya bermodalkan semangat belaka.”

Dalam kesempatan tersebut, Najid Akhtiar juga mengusulkan empat hal; 1. Penggarapan buku berisikan pengetahuan lengkap tentang adat, seni serta budaya Aceh, 2. Pendidikan hikayat, hadih maja, dan sastra Aceh di tahap sekolah menengah, 3. Kamus bahasa-bahasa Aceh ke Bahasa Indonesia maupun Inggris, dan 4. Beasiswa sebanyaknya menuju seratus ribu pelajar Aceh internasional.

Kongres Peradaban Aceh II merupakan agenda peradaban yang diselenggarakan oleh Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh di Kota Jantho, Aceh Besar. Bertemakan “Pemerkasaan Seni dan Budaya Aceh di Era Kecerdasan Artifisial”, kongres ini dihadiri oleh Wali Nanggroe Malik Mahmud Al-Haythar, Kadisbudpar Aceh Almuniza Kamal, Sekjend Diaspora Global Aceh (DGA) Dr. Surya Darma, Menteri PAN-RB RI 2011-2014 Dr. Azwar Abu Bakar, Wakil Ketua MPR RI 2009-2014 Ahmad Farhan Hamid, Rektor ISBI Aceh Prof. Wildan, Rektor UTU 2018-2022 Prof. Jasman J Ma’ruf, CEO Transcontinent Ismail Rasyid, Sastrawan Aceh Fikar W. Eda, dan tokoh-tokoh Aceh lainnya.

The post Mahasiswa Aceh Dunia Apresiasi Kongres Peradaban Aceh appeared first on Institut Seni Budaya Indonesia Aceh.

]]>